Nilai-nilai di dalam prosa fiksi
Yang dimaksud dengan nilai di sini adalah persepsi dan pengertian yang diperoleh pembaca lewat sastra (prosa fiksi). Hendaknya disadari bahwa tidak semua pembaca dapatmem-peroleh persepsi dan pengertian tersebut. Ini hanya dapat diperoleh pembaca, apabilasastra menyentuh diririya. Nilai tersebut tidak akan diperoleh secara otomatis dari membaca.Dan hanya pembaca yang berhasil mendapat pengalaman sastra saja yang dapat merebutnilai-nilai dalam sastra.(a). Prosa fiksi memberikan kesenanganKeistimewaan kesenangan yang diperoleh dari membaca fiksi adalah pembacamendapatkan pengalaman sebagaimana jika mengalaminya sendiri peristiwa atau keja-dian yang dikisahkan. Pembaca dapat mengembangkan imaginasinya untuk mengenaldaerah atau tempat yang asing, yang belum dikunjunginya, atau yang tak mungkindikunjungi selama hidupnya. Pembaca juga dapat mengenal tokoh-tokoh yang aneh atauasing tingkah lakunya atau mungkin rumit perjalanan hidupnya untuk mencapai suatusukses. Namun demikian tidak menutup kemungkinan bahwa tempat atau tokoh dalamfiksi itu mirip dengan manusia manusia atau tempat-tempat dalam kehidupan sehari-hari.Kecuali kenikmatan literer, fiksi juga memberikan kesenangan yang berupastimulasi intelektual. Ini datang dari adanya ide-ide, wawasan-wawasan, atau pemikiran- pemikitan yang baru, yang aneh, yang luar biasa, bahkan juga yang mungkin sangatmembahayakan jika diungkap-kan bukan lewat sastra.(b). Prosa fiksi memberikan informasi.Fiksi memberikan sejenis informasi yang tidak terdapat di dalam ensiklopedi. Jikakita memerlukan suatu fakta, maka kita dapat membuka buku. Tetapi jika kitamenginginkan wawasan yang berbeda dari apa yang ada di dalam fakta, maka kita harusmemilih sastra. Dari sastra mungkin kita akan mendapatkan nilai-nilai dari sesuatu yangmungkin di luar perhatian kita. Dari novel sering kita dapat belajar sesuatu yang lebihdaripada sejarah atau laporan jurnalistik tentang kehidupan masa kini, kehidup-an masalalu, bahkan juga kehidupan yang akan datang, atau kehidupan yang sama sekali asing.(Kita ingat misalnya Robinson Crusoe (Defoe) atau Perjalanan ke Akhirat (DjamilSuherman).Fiksi juga memberikan ide atau wawasan yang lebih dalam daripada sekedar faktayang hanya bersifat meng-gambarkan. Dari fiksi dapat dipahami tentang kelemahan,ketakutan, keterasingan, atau hakekat manusia lebih daripada apa yang disajikan oleh buku-buku psikologi, sosiologi, atau anthropologi.
Fiksi bersifat mendramatisasikan, bukan hanya sekedar menerangkan sepertimisalnya buku teks psikologi. Mendramatisasikan, berarti mengubah prinsip-prinsipabstrak menjadi suatu kehidupan atau lakuan/tindakan (action). Kita jadi ingat misalnya pada Ziarah (Iwan Simatupang) yang merupakan dramatisasi atau fisikalisasi dari ideketerasingan kehidupan manusia, sebagaimana diperankan oleh profesor filsafat itu.(c). Prosa fiksi memberikan warisan kultural.Pelajaran sejarah dapat memberikan sebagian warisan kultural kepada mahasiswa;demikian pula dengan pelajaran matematika, seni, dan musik. Para mahasiswa yangmempelajari bahasa dan sastra akan memperoleh kontak dengan : impian-impian,harapan-harapan, dan aspirasi-aspirasi, sebagai akar-akar dari kebudayaan. Prosa fiksidapat menstimulai imaginasi, dan merupakan sarana bagi pemindahan yang tak henti-hentinya dari warisan budaya bangsa. Novel-novel yang terkenal seperti : Sitti Nurbaya, Salah Asuhan, Layar Terkembang mengungkapkan impi-an-impian, harapan-harapan, aspirasi-aspirasi darigenerasi yang terdahulu yang seharusnya dihayati oleh generasi kini. Bagi bangsaIndonesia novel-novel yang berlatar belakang perjuangan revolusi seperti Jalan Tak AdaUjung, Perburuhan, jelas merupakan buku novel yang berarti, sementara kita menyadari bahwa revolusi itu sendiri adalah suatu tindakan heroisme yang mengagumkan danmemberikan kebanggaan.(d). Prosa fiksi memberikan keseimbangan wawasan.Lewat prosa fiksi seseorang dapat menilai kehidupan berdasarkan pengalaman- pengalamannya dengan banyak individu. Fiksi juga memungkinkan lebih banyak kesem- patan untuk memilih respon-respon emosional atau rang-kaian aksi (action) yangmungkin sangat berbeda daripa-da apa yang disajikan oleh kehidupan sendiri. Rangkaianaksi itu sendiri mungkin tidak pernah ada dan tidak pernah terjadi di dalam kehidupanfaktual.Adanya semacam kaidah kemungkinan yang tidak mungkin dalam fiksi inilahyang memungkinkan pembaca untuk dapat memperluas dan memperdalam persepsi danwawasannya tentang tokoh, hidup, dan kehidupan manusia. Dari banyak memperoleh pengalaman sastra, pembaca akan terbentuk keseimbangan wawasannya, terutama dalammenghadapi kenyataan-kenyataan di luar dirinya yang mungkin sangat berlainan dari pribadinya. Seorang dokter yang dianggap memiliki status sosial tinggi, tetapi ternyatamendatangi perempuan simpanannya walaupun dengan alasan-alasan psikologis, sepertidikisahkan novel Belenggu, adalah contoh dari “the probable impossibility.” Tetapi justrudari sinilah pembaca memperluas per-spektifnya tentang kehidupan manusia.Kesanggupan sastra (fiksi) untuk menembus pikiran dan emosi seperti itu dapatmemberikan impaknya yang luar biasa. Beberapa novel kadang-kadang menyajikan suatuwawasan atau pemikiran yang subtil, bahkan sampai kepada yang “gila” (Ingat beberapanovelet Putu Wijaya).
4.2 Aspek ekstrinsik prosa fiksi.
Faktor sejarah dan lingkungan seringkali dapat dibuktikan ada kaitannya dengansebuah cipta sastra (fiksi). Dengan kata lain kekuatan-kekuatan di dalam masyarakat ataulingkungan itulah justru memiliki pengaruh yang kuat pada diciptakanya sebuah karya prosafiksi. Sehingga kejadian-kejadian yang bersamaan dalam proses pembuatan sebuah karya prosa fiksi seringkali menjadi ide dan inspirasi dari pengarangnya.
Sumber : http://www.scribd.com/doc/67315244/19/Nilai-nilai-di-dalam-prosa-fiksi
Sumber : http://www.scribd.com/doc/67315244/19/Nilai-nilai-di-dalam-prosa-fiksi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar